Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Jumat

lagu Rhoma dipelajari ratusan universitas di dunia

lagu-lagu karya Rhoma Irama dipelajari di ratusan universitas di dunia 


Riforri - Prof Andrew Weintroup, Guru Besar Musik pada Pittsbergh Univ AS, baru saja mengirim email ke Surya Aka. Dia memberikan testimoni bahwa lagu-lagu karya Rhoma Irama dipelajari di ratusan universitas di dunia.

Prof Andrew Weintroup, Guru Besar Musik pada Pittsbergh Univ AS, baru saja mengirim email ke Surya Aka. Dia memberikan testimoni bahwa lagu-lagu karya Rhoma Irama dipelajari di ratusan universitas di dunia | http://www.ri-for-ri.com
Prof Andrew:
Mas Aka, berikut saya lampirkan contoh buku-buku pelajaran yang termasuk biografi dan analisa lagu Rhoma Irama. Memang ada lebih dari ini! Yang saya scan dan lampirkan adalah yang sering dipakai dalam kuliah universitas:

1. Broughton, Simon, and Mark Ellingham. 2000. Rough Guide to World Music; Volume 2: Latin and North America, the Caribbean, Asia and the Pacifi c . London: Rough Guide.

2. Capwell, Charles. 2004. “The Music of Indonesia.” In Excursions in World Music , edited by B. Nettl. Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.

3. Manuel, Peter. 1988. Popular Musics of the Non-Western World . New York: Oxford.

4. Sutton, R. Anderson. 2002. “Asia/Indonesia.” In Worlds of Music , edited by J. T. Titon. Belmont, CA: Schirmer, Thomson Learning.

5. Sweeney, Philip. 1991. The Virgin Directory of World Music. New York: Henry Holt and Company.

6. Taylor, Timothy. 1997. Global Pop: World Music, World Markets . New York: Routledge.


Pada buku literatur Nomor 2 dan nomor 4 sangat sering dipakai dan dianggap pelajaran wajib di ratusan universitas di dunia.
Yang kedua ini (dan nomor 3) ini termasuk sebagai kurikulum World Music.
Misalnya di Universitas Pittsburgh adalah kuliah "Introduction to World Music" setiap semester (bagian waktu pelajaran). Padahal di setiap semester 300 mahasiswa daftar/ikut kuliah. Kalau kita hitungi jumlahnya 600 mahasiswa per tahun. Itu di satu universitas. Bayangkan berapa mahasiswa yang sudah pernah belajar lagu Rhoma Irama melalui buku-buku ini!

Prof Andrew Weintroup, Guru Besar Musik pada Pittsbergh Univ AS, baru saja mengirim email ke Surya Aka. Dia memberikan testimoni bahwa lagu-lagu karya Rhoma Irama dipelajari di ratusan universitas di dunia | http://www.ri-for-ri.com

Salam,

Andrew N. Weintraub
Chair and Professor of Music
University of Pittsburgh

Rabu

"Forsa" Abadikan Ribuan Karya Rhoma Irama

"Forsa" Abadikan Ribuan Karya Rhoma Irama 


Riforri - "Fans Of Rhoma and Soneta" (Forsa) akan mengabadikan ribuan karya Rhoma Irama berupa lagu, lirik, musik, dan film yang pernah dibintanginya dalam bentuk CD,VCD, film, buku, pertunjukan dan sebagainya. "Kami akan mengabadikannya berbagai bentuk karena yakin karya Rhoma dan Soneta akan abadi sampai ratusan tahun mendatang," kata Ketua Umum DPP Forsa, Surya Aka Syahnagra, Selasa.

Riforri - "Fans Of Rhoma and Soneta" (Forsa) akan mengabadikan ribuan karya Rhoma Irama berupa lagu, lirik, musik, dan film yang pernah dibintanginya dalam bentuk CD,VCD, film, buku, pertunjukan dan sebagainya. "Kami akan mengabadikannya berbagai bentuk karena yakin karya Rhoma dan Soneta akan abadi sampai ratusan tahun mendatang," kata Ketua Umum DPP Forsa, Surya Aka Syahnagra | http://www.ri-for-ri.com

Melalui rilis media, seusai terpilih sebagai ketua umum dalam rapat formatur DPP Forsa yang berlangsung 16-17 November di TMII Jakarta lalu, Surya Aka mengungkapkan, ribuan karya Rhoma Irama yang populer di masyarakat diyakini banyak yang berhasil merubah sikap dan watak manusia.

"Seperti halnya orang yang dulunya berjudi berhenti setelah mendengar lagu 'Judi', orang yang suka mabuk, berhenti setelah dengar lagu 'Mirasantika'. Orang yang dulu berani kepada orang tuanya, menjadi taat setelah mendengar lagu 'Keramat'," ucapnya.

Sementara itu, Rapat Formatur Forsa di TMII dihadiri sejumlah Ketua DPW Forsa dari seluruh Indonesia berhasil terpilih Surya Aka Syahnagra menjadi Ketua Umum DPP Forsa 2013-2018.

Aka berhasil menang telak mendapatkan 12 suara dari 15 anggota formatur yang hadir. Anggota formatur tersebut terdiri dari para tokoh fans di berbagai daerah.

Selama ini, Surya Aka dikenal telah sukses memimpin Soneta Fans Club Indonesia (SFCI) Jatim. Mantan wartawan Jawa Pos dan Pimred JTV ini bahkan sudah berencana membuat Museum Soneta.

Mantan Komisioner KPID Jatim ini memiliki talenta menyanyi dengan penampilan mirip Rhoma. Bahkan menciptakan lagu "Untukmu Soneta" sebagai bentuk kecintaannya kepada Rhoma dan Soneta. (fiqih/ant))

Pengarahan Rhoma pada DPP Forsa

Pengarahan Rhoma Irama pada Penutupan Sidang Formatur DPP Forsa 


Riforri - Rhoma Irama : Saya ucapkan selamat kepada para formatur Forsa yg telah selesai melaksanakan tugasnya. Ternyata gagasan bersama untuk menyatukan fans Soneta dalam satu wadah, akhirnya tercapai. Kini formatur sudah berhasil memilih ketua umum Dewan Pimpinan Pusat. Selamat untuk Mas Surya Aka, yang telah dipercaya rekan-rekannya memimpin organisasi Forsa ini. Memang tidak mudah memimpin Forsa ini, karena tidak saja membutuhkan dedikasi, keseriusan dan kecintaan terhadap sang tokoh idola. Seperti tokoh-tokoh Indonesia dan dunia lain, fansnya membuat lembaga atau organisasi. Ada Wahid Institut, Habibie Centre dan sebagainya. Kini lahir satu ormas yang mengelola ketokohan seorang, bernama Forsa. Bila Forsa dipimpin secara kontinyu, akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan bangsa. Bahkan sampai kapanpun, diharapkan Forsa ini tetap eksis.


Karena saya lihat tadi, visi misinya antara lain mensosialisasikan karya-karya Rhoma Irama dan Soneta, untuk diamalkan dan disosialisasikan. Pekerjaan ini suatu upaya yang bisa dikatakan abadi, tidak terbatas ketika ada Rhoma dan Soneta. Karena Rhoma dan Soneta telah membaku dalam teknologi ekosistem berbagai macam. Sebagaimana dikatakan Prof Andrew Weintroup guru besar musik pada Pittsbergh University Amerika Serikat mengkofirmasikan bahwa lagu karya Rhoma telah dipelajari di ratusan universitas di dunia. Beliau mengatakan tak ada pembahasan dalam konteks kebudayaan di Asia Tenggara, tanpa membahas Rhoma Irama. Artinya Rhoma di situ tahaddut bin nikmah, merupakan aset nasional, mudah2an dia juga aset Islam. Adanya suatu upaya untuk melestarikan dan sosialisasi karya Rhoma itu upaya yang sangat terhormat dan patut dihargai. Jadi bukan semata ini milik keluarga Rhoma Irama. Tapi karya ini bermanfaat untuk bangsa negara dan agama.

Menurut analisis Prof Andrew, lirik lagu Rhoma mempunyai suatu upaya motivasi yang kuat terhadap tingkah laku manusia. Setiap orang telah ditakdirkan Allah Swt memilik sense of art and music. Baik itu pop, rock, jaz, dangdut. Semua manusia tanpa kecuali, itu suatu fitrah, juga punya sense of religion, humor dan lainnya. Musik dengan pengelolaan yg serius ternyata (sebagaimana kami uraikan dalam pidato ilmiah di Amerika) musik itu dapat membentuk akhlah seseorang. Musik dakwah  dapat memotivasi, membentuk pendengarnya secara kongkrit. Hal itu sudah saya buktikan, maupun laporan langsung penggemar dan banyak contoh.

Salah satunya, bukti musik Soneta berhasi memotivasi seseorang. Saat itu saya sedang syuting ‘Menggapai Matahari’ di Surabaya. Saya sedang break di sudut restoran, tiba2 masuk seseorang yang parlente (busana rapi berjaz dan yang bertas ecolac). Dia terlihat mencari2 seseorang, rupamya dia mencari saya. Ya coba saya temui di tengah2 break syuting itu. Dia tanya ke petugas,  ‘mana Rhoma Irama’. Akhirnya ditunjukkan posisi duduk saya. Begitu ketemu saya, dia peluk saya. Lama banget sambil menangis. Trus saya tanya. Anda siapa? Dia jawab, ‘Anda guru saya. Saya ini dosen bahasa Inggris di Universitas Airlangga’ katanya. Terus saya tanya, kenapa anda bilang saya guru anda? Dia jawab: Karena lirik2 anda telah memotivasi dan merubah diri saya. Lirik-lirik Soneta telah menjadi pola hidup saya. Banyak sekali problem hidup saya, solusinya adalah lirik dari lagu2 anda. Jadi betul2 lagu anda merubah diri saya. Lirik Soneta tak sekedar lagu, tapi memiliki filosofi yang kuat. Sehingga saya menyampaikan kepada teman2 saya bahwa ‘’Anda harus dengar soneta’. Nah, kisah itulah yang saya muat di makalah saya di konferensi Pittsberg AS, ketika menghadiri internasional conference “Islam and Popular Culture in Indonesia and Malaysia,” Dalam makalah itu, saya sebutkan bahwa musik adalah media edukasi dan dakwah. Disitu saya kisahkan dosen di Surabaya tadi sebagai bukti dakwah melalui musik ini efektif. Memang selama ini banyak pertanyaan, apakah musik itu efektif untuk dakwah dan bisa membentuk karakter seseorang? Ternyata bisa. Bukan hanya itu, banyak dari penggemar yang dulunya suka berjudi berhenti setelah mendengar lagu ‘Judi’. Berhenti mabuk setelah dengar 'Mirasantika'. Berhenti berzina setelah dengar lagu ‘Haram’, dan sebagainya. Ini semua saya yakin bahwa musik Soneta itu ternyata mampu memotivasi pendengarnya. Berarti karya-karya tadi sesuatu yang berharga untuk dipelihara, untuk dikembangkan dan disosialisasikan. Mungkin anda bisa menjadi saksi atas kebenaran tesis ini. 
Maka lahirnya Forsa, suatu yang sangat penting untuk bisa memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa ke depan. Karena semakin lama, kita ini liberalism telah melanda pemerintahan indonesia bahkan lifestyle rakyatnya. Individualistik dan liberatlistik telah meracuni anak bang. Nah lagu2 Rhoma kiranya bisa menjadi media counter menghadapi liberalime yg melanda sekarang ini. Betapa pentingnya forsa ini, mudah2an bisa memberi kontribusi pada bangsa dan agama. Amien.***

Anjungan Jambi TMII Jakarta, Minggu 17 November 2013.

Fahmi Tamami Ajak Makmurkan Masjid

Fahmi Tamami Ajak Makmurkan Masjid


Upaya ini dilakukan guna menghindari gerakan yang ingin memecah belah ummat. Karenanya  Fahmi Tamami diminta  berperan aktif men-yelamatkan masjid dan mushala dari gerakan-gerakan yang ingin memecah belah ummat. Tausiyah Rhoma ini disampaikan saat saat melantik pengurus Forum Silaturahmi Ta’mir Masjid dan Mushalla Indonesia (Fahmi Tamami) Kota Bogor di Masjid Agung Bogor, beberapa waktu lalu.

Rhoma mengatakan, Fahmi Tamami terbentuk atas dorongan timbulnya keresahan dari ummat Islam karena adanya upaya pengambilalihan masjid dan mushola oleh kelompok-kelompok tertentu yang bertujuan untuk memecah belah ummat muslim. Upaya pengambilalihan masjid dan mushola oleh kelompok-kelompok tertentu terus tumbuh dan berkembang.

Salah satu  indikasinya dengan gampang membid’ah kebiasaan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. “Kita tidak ingin yang sudah menjadi kebiasaan kita dalam menjalankan ritual keagamaan di masjid atau musholla dirubah oleh sekelompok ummat dengan alasan bid’ah,” kata Rhoma.

Rhoma berharap, Fahmi Tamami yang dibentuknya bisa menekan berbagai bentuk intervensi beribadah seseorang. Sebab, kelompok tersebut mulai mengembangkan pengaruhnya di bidang politik. Menurut Rhoma mesjid dan musholla merupakan wadah bagi kelompok tersebut untuk menguasai dunia keagamaan, bidang pendidikan melalui akademisi.

Apa yang terjadi saat ini, persis seperti yang digambarkan Rasulullah Muhammad SAW, bahwa umat Islam nanti seperti buih di lautan yang terombang-ambing ombak kesana kemari tanpa adanya suatu persatuan umat meski jumlahnya banyak. Pasalnya, umat Islam takut berjuang bahkan takut bicara yang benar. Perpecahan umat Islam selama ini diakibatkan politik devide et impera dari pihak musuh Islam.

Karena itu, jika umat Islam ingin bangkit maka syaratnya ada tiga. Pertama, menjalin ukhuwah Islamiyah; Kedua, memiliki  orientasi hidup pada akhirat bukan dunia dan ketiga, selalu menegakkan amar makruf nahi munkar. Rhoma yang juga dijuluki ‘Raja Dangdut’ ini  dalam beberapa kesempatan menegaskan, Fahmi Tamami berupaya menyelamatkan masjid dan musholla dari gerakan Islam radikal.

Dalam satu acara Fahmi Tamami di Jawa Timur yang dihadiri sejumlah kiai dan pengurus NU beberapa waktu lalu Rhoma menyatakan, Fahmi Tamami muncul karena adanya keresahan atas upaya pengambilalihan masjid oleh kelompok Islam radikal.

Menurutnya, gerakan itu mulai tumbuh dan berkembang di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Indikasinya, muncul ritual-ritual baru di masjid, di luar yang biasa diajarkan Islam pada umumnya.

Modusnya, lanjut Rhoma, kalau ada masjid yang tidak memiliki unsur organisasi dengan jelas, perwakilan Islam radikal itu akan mengontrak rumah di sekitar masjid. Lantas, mereka menawarkan diri untuk menjadi pengurus masjid, guru mengaji, serta pendakwah. Dan sedikit demi sedikit mereka mulai mengafirkan, memfitnah, dan membid’ahkan ajaran dan tokoh-tokoh Islam.

Sejak saat itu, berbagai kajian dilakukan untuk meng-counter gerakan radikal tersebut. Akhirnya, Rhoma berinisiatif membentuk Fahmi Tamami. Organisasi ini memiliki tiga platform yang diusung. Yakni, keagamaan, kebangsaan, dan sosial masyarakat.

Dia berharap agar ormas yang dibentuknya itu bisa menekan berbagai bentuk intervensi beribadah seseorang. Sebab, gerakan radikal tersebut mulai merangsek di bidang politik melalui pembentukan partai, menguasai dunia keagamaan melalui masjid, dan bidang pendidikan melalui akademisi.

(diskusi Fahmi Tamami di masjid Khusnul Khatimah Oktober 2013)

Sabtu

Asal Mula Nama Rhoma Irama

Nama Rhoma Irama Diambil dari Nama Grup Sandiwara Keliling

Riforri - Sejak kecil, Rhoma menjalani kehidupan yang keras dengan didikan sang ayah. Maklum, ayah Rhoma adalah seorang perwira TNI yakni, Kapten Raden Burda Anggawirja yang merupakan Komandan Batalion Garuda Putih di Tasikmalaya, Jawa Barat. Jika nakal, Rhoma kecil sering dihukum oleh ayahnya dengan dipukul menggunakan rotan. Di usia 12 tahun atau tepatnya tahun 1958, Rhoma harus kehilangan ayahnya karena meninggal dunia dan ibunya menikah lagi.

Asal Mula Nama Rhoma Irama Diambil dari Nama Grup Sandiwara Keliling | Riforri Menuju Indonesia Bermartabat

Nama Rhoma Irama sendiri diceritakan bermula ketika sang ayah mengundang grup sandiwara Irama Baru dari Jakarta untuk menghibur pasukannya. Para bintang grup itu antara lain Fifi Young dan Pak Item (Tan Ceng Bok). Waktu itu Tuti Juariah, ibunda Rhoma sedang mengandung dirinya. Usai pertunjukan malah melahirkan di tanggal 11 Desember 1947.

Simpati Raden Burdah pada grup Irama Baru berpadu dengan kegembiraan kelahiran anak keduanya, menimbulkan inspirasi padanya akan nama bayi itu, yaitu Irama, tanpa disertai harapan agar si anak kelak menjadi pemusik atau penyanyi. Justru Raden Burdah ingin agar anaknya kelak menjadi dokter.

"Ayah saya adalah anak buah Pak Nasution. Salah seorang temannya adalah Pak Eddy Nalapraya. Suatu hari, waktu saya bertemu dengan Pak Eddy, beliau bercerita bahwa dulu saya sering digendongnya,” kata Rhoma.

Dikatakan oleh Rhoma jika masa kecilnya biasa-biasa saja. Namun dirinya mengakui jika sejak kecil sudah menyukai musik.

"Kalau ada yang boleh dikatakan istimewa, mungkin karena sejak kelas nol saya sudah memperhatikan lagu. Bahkan menurut Ibu, kalau saya menangis bisa langsung diam jika diperdengarkan lagu. Perhatian saya terhadap musik makin besar setelah saya masuk sekolah. Ketika duduk di kelas 2 SD saya sudah bisa membawakan lagu-lagu Barat dan India dengan baik. Saya ingat salah satu diantaranya berjudul No Other Love, lagu kesayangan ibu. Dan lagu Mera Bilye Buchariajaya yang dinyanyikan oleh Lata Maagiskar. Saya juga menikmati lagu-lagu Timur Tengah seperti yang dinyanyikan Umm Kaltsum," ujarnya.

Asal Mula Nama Rhoma Irama Diambil dari Nama Grup Sandiwara Keliling | Riforri Menuju Indonesia Bermartabat

Rhoma mengaku jika bakat musiknya berasal dari ayahnya yang gemar lagu-lagu Cianjuran, sebuah kesenian khas Sunda. Bahkan sang ayah dapat menyanyi gaya Cianjuran dengan baik. Selain itu, seorang pamannya yang bernama Arifin Ganda juga tidak disangkal pengaruhnya. Sang paman inilah yang suka mengajarinya lagu-lagu Jepang, ketika Rhoma masih kanak-kanak.

"Saya jadi tahu bahwa musik itu universal. Melalui musik, kebudayaan suatu bangsa bisa menyentuh bangsa lain, tanpa harus memahami dulu bahasanya," ujar Rhoma.

Namun ia merasa bahwa pada masa kecilnya lingkungannya tidak bersikap akrab terhadap bakat musiknya. Ayah dan ibunya adalah pasangan berdarah ningrat. Meski mereka menyukai musik, namun dunia musik bagi mereka bukan sesuatu yang patut dibanggakan, bahkan dianggap kurang terhormat . Kasarnya, bakat musik si kecil Irama, yang mendapat panggilan “Oma” tidak mendapat dukungan. 

"Akhirnya saya jadi berkembang di luar rumah,” katanya.

Sepeninggal sang ayah ibunya kemudian menikah lagi dengan seorang perwira ABRI lain, Raden Soma Wijaya yang juga berdarah bangsawan.

Ketika ayah kandungnya masih hidup, suasana di rumahnya feodal. Segalanya harus serba teratur dan menggunakan tata krama tertentu. Para pembantu harus memanggil anak-anak dengan sebutan Den (raden). Makan harus bersama-sama dan siang hari anak-anak harus tidur. Sang ayah tak segan-segan menghukum anak-anak dengan pukulan jika dianggap melakukan kesalahan, misalnya bermain hujan atau membolos sekolah.

Tapi suasana feodal itu tidak lagi kental setelah anak-anak mendapatkan ayah tiri yang lemah lembut. Bahkan dari ayah tiri inilah, disamping pamannya, Oma mendapat ‘angin’ untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar, bongo, dan sebagainya. Omapun lantas membentuk band bocah. (Adt/bs/lip6)