Pengarahan Rhoma Irama pada Penutupan Sidang Formatur DPP Forsa
Riforri - Rhoma Irama : Saya ucapkan selamat kepada para formatur Forsa yg telah selesai melaksanakan tugasnya. Ternyata gagasan bersama untuk menyatukan fans Soneta dalam satu wadah, akhirnya tercapai. Kini formatur sudah berhasil memilih ketua umum Dewan Pimpinan Pusat. Selamat untuk Mas Surya Aka, yang telah dipercaya rekan-rekannya memimpin organisasi Forsa ini. Memang tidak mudah memimpin Forsa ini, karena tidak saja membutuhkan dedikasi, keseriusan dan kecintaan terhadap sang tokoh idola. Seperti tokoh-tokoh Indonesia dan dunia lain, fansnya membuat lembaga atau organisasi. Ada Wahid Institut, Habibie Centre dan sebagainya. Kini lahir satu ormas yang mengelola ketokohan seorang, bernama Forsa. Bila Forsa dipimpin secara kontinyu, akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan bangsa. Bahkan sampai kapanpun, diharapkan Forsa ini tetap eksis.
Karena saya lihat tadi, visi misinya antara lain mensosialisasikan karya-karya Rhoma Irama dan Soneta, untuk diamalkan dan disosialisasikan. Pekerjaan ini suatu upaya yang bisa dikatakan abadi, tidak terbatas ketika ada Rhoma dan Soneta. Karena Rhoma dan Soneta telah membaku dalam teknologi ekosistem berbagai macam. Sebagaimana dikatakan Prof Andrew Weintroup guru besar musik pada Pittsbergh University Amerika Serikat mengkofirmasikan bahwa lagu karya Rhoma telah dipelajari di ratusan universitas di dunia. Beliau mengatakan tak ada pembahasan dalam konteks kebudayaan di Asia Tenggara, tanpa membahas Rhoma Irama. Artinya Rhoma di situ tahaddut bin nikmah, merupakan aset nasional, mudah2an dia juga aset Islam. Adanya suatu upaya untuk melestarikan dan sosialisasi karya Rhoma itu upaya yang sangat terhormat dan patut dihargai. Jadi bukan semata ini milik keluarga Rhoma Irama. Tapi karya ini bermanfaat untuk bangsa negara dan agama.
Menurut analisis Prof Andrew, lirik lagu Rhoma mempunyai suatu upaya motivasi yang kuat terhadap tingkah laku manusia. Setiap orang telah ditakdirkan Allah Swt memilik sense of art and music. Baik itu pop, rock, jaz, dangdut. Semua manusia tanpa kecuali, itu suatu fitrah, juga punya sense of religion, humor dan lainnya. Musik dengan pengelolaan yg serius ternyata (sebagaimana kami uraikan dalam pidato ilmiah di Amerika) musik itu dapat membentuk akhlah seseorang. Musik dakwah dapat memotivasi, membentuk pendengarnya secara kongkrit. Hal itu sudah saya buktikan, maupun laporan langsung penggemar dan banyak contoh.
Salah satunya, bukti musik Soneta berhasi memotivasi seseorang. Saat itu saya sedang syuting ‘Menggapai Matahari’ di Surabaya. Saya sedang break di sudut restoran, tiba2 masuk seseorang yang parlente (busana rapi berjaz dan yang bertas ecolac). Dia terlihat mencari2 seseorang, rupamya dia mencari saya. Ya coba saya temui di tengah2 break syuting itu. Dia tanya ke petugas, ‘mana Rhoma Irama’. Akhirnya ditunjukkan posisi duduk saya. Begitu ketemu saya, dia peluk saya. Lama banget sambil menangis. Trus saya tanya. Anda siapa? Dia jawab, ‘Anda guru saya. Saya ini dosen bahasa Inggris di Universitas Airlangga’ katanya. Terus saya tanya, kenapa anda bilang saya guru anda? Dia jawab: Karena lirik2 anda telah memotivasi dan merubah diri saya. Lirik-lirik Soneta telah menjadi pola hidup saya. Banyak sekali problem hidup saya, solusinya adalah lirik dari lagu2 anda. Jadi betul2 lagu anda merubah diri saya. Lirik Soneta tak sekedar lagu, tapi memiliki filosofi yang kuat. Sehingga saya menyampaikan kepada teman2 saya bahwa ‘’Anda harus dengar soneta’. Nah, kisah itulah yang saya muat di makalah saya di konferensi Pittsberg AS, ketika menghadiri internasional conference “Islam and Popular Culture in Indonesia and Malaysia,” Dalam makalah itu, saya sebutkan bahwa musik adalah media edukasi dan dakwah. Disitu saya kisahkan dosen di Surabaya tadi sebagai bukti dakwah melalui musik ini efektif. Memang selama ini banyak pertanyaan, apakah musik itu efektif untuk dakwah dan bisa membentuk karakter seseorang? Ternyata bisa. Bukan hanya itu, banyak dari penggemar yang dulunya suka berjudi berhenti setelah mendengar lagu ‘Judi’. Berhenti mabuk setelah dengar 'Mirasantika'. Berhenti berzina setelah dengar lagu ‘Haram’, dan sebagainya. Ini semua saya yakin bahwa musik Soneta itu ternyata mampu memotivasi pendengarnya. Berarti karya-karya tadi sesuatu yang berharga untuk dipelihara, untuk dikembangkan dan disosialisasikan. Mungkin anda bisa menjadi saksi atas kebenaran tesis ini.
Maka lahirnya Forsa, suatu yang sangat penting untuk bisa memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa ke depan. Karena semakin lama, kita ini liberalism telah melanda pemerintahan indonesia bahkan lifestyle rakyatnya. Individualistik dan liberatlistik telah meracuni anak bang. Nah lagu2 Rhoma kiranya bisa menjadi media counter menghadapi liberalime yg melanda sekarang ini. Betapa pentingnya forsa ini, mudah2an bisa memberi kontribusi pada bangsa dan agama. Amien.***
Anjungan Jambi TMII Jakarta, Minggu 17 November 2013.
0 komentar:
Posting Komentar