Rhoma Kembali Berkisah Bersedia Maju Capres
Riforri - Raja dangdut Rhoma Irama mengklaim keinginannya maju menjadi calon presiden bukan berasal dari keinginan pribadi, namun keinginan para habaib dan ulama.
"Isu Rhoma capres sudah terjadi dari 2004, saat itu pertama kali Indonesia memilih presiden secara langsung, One Man One Vote, lalu kemudian saat itu ulama dan politisi datangi saya membawa proposal partai, agar saya menjadi ketua umum. Lalu kenapa saya, kan banyak cerdik pandai dan kyai. Lalu mereka bilang, kita berharap Anda jadi presiden?," ujarnya di Pondok Pesantren Al Manar Azhari, Limo, Depok, Minggu (10/11/2013).
Rhoma menjelaskan, saat itu banyak orang lain yang lebih kompeten dan memiliki kapabilitas. "Namun kata mereka, di samping kapabilitas, harus punya popularitas. Saya katanya punya elektabilitas dan popularitas, bahkan punya kapabilitas pernah menjabat sebagai anggota DPR," tuturnya.
Rhoma menambahkan bahwa banyak ulama dan habaib menilai dia memiliki
visi misi yang jelas. Hal itu terlihat dari seluruh lirik lagu yang ditulis Rhoma.
"Dari lirik-lirik lagu saya. Sebelum dunia internasional ajarkan soal HAM, tetapi saya sudah menulis lagu di tahun 1980 soal kebebasan berbicara. Di samping itu, sebelum dunia internasional dan KPK dibentuk belum ada keinginan berantas korupsi, saya sudah menciptakan lagu yang liriknya 'Hapuskan Korupsi di Segala Birokrasi, Agar Terlaksana Kemakmuran yang Merata' pada tahun 1982," ungkapnya.
Rhoma menambahkan dia juga memiliki lagu-lagu yang bercerita soal moral bangsa serta kemakmuran rakyat. Salah satunya lagu Miras Santika dan Narkoba.
"Dulu saya bilang, saya tak berminat jadi presiden, enakan jadi raja dangdut lagi, tanggung jawab presiden berat, lalu pada 2009 saya diminta kembali sebagai vote gathers agar jadi cawapres, lalu saya katakan terimakasih pak, saya tak obsesi," tegasnya.
Akhirnya, pada tahun 2012, terjadi fenomena politik yang inskontitusional. Rhoma mengaku didesak oleh para habaib Betawi dan politikus Senayan untuk tampil pada 2014.
"Kata mereka saya yang harus tampil, bukan yang lain, karena ada ikon Islam. Lalu saya jawab, saya mau istikharah dulu. Tetapi beliau-beliau bilang enggak ada istikharah, ini jihad, kalau enggak berdosa Anda, jadi ini sejarah," katanya.
Rhoma menjelaskan kondisi saat ini berbeda dengan 2004 dan 2009 yang semakin jauh dari nilai-nilai. Kasus korupsi, anarkisme, tawuran warga, tawuran pelajar, konflik antar etnis di Kalimantan, konflik antarumat beragama di Bali, kriminalitas semakin marak.
"Lalu ada perintah dari Allah, mencegah kemungkaran. Suatu hari, 18 November 2012, saya mulai bicara di depan media, seandainya desakan ulama dan habaib semakin meluas, seandainya ada parpol yang meminang saya sesuai persyaratan dan kosntitusional, maka hari ini, saya nyatakan saya siap dicalonkan sebagai capres," paparnya.
Rhoma menjelaskan bahwa kronologis perjalanannya sebagai capres dimantapkan saat ia dipinang Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pada April 2013. "Sejak saat itu banyak dukungan ormas, PKB pun siap dukung Rhoma, sejak saat itu kita sudah punya beberapa capres. Ada pak ARB dari Golkar, Prabowo dari Gerindra, ibu Megawati dari PDIP, dan Rhoma Irama," tutupnya.
(sus/oke).